Hasil dan
Pembahasan
Hasil
PENGOLAHAN BIOLOGI
|
|
|
|
|
|
|
BK
|
ABU
|
PK
|
SK
|
|
P0 rumput gajah
|
81,17
|
6,9
|
7,14
|
37,74
|
|
P1
|
87.80±4.20
|
10.84±0.15
|
7.65±1.02
|
41.32±2.36
|
|
P2
|
89.02±3.74
|
10.06±1.00
|
7.74±0.76
|
42.86±4.37
|
|
P3
|
88.57±3.58
|
10.13±1.25
|
9.40±1.54
|
45.19±1.47
|
|
P4
|
88.03±3.46
|
8.15±1.41
|
9.52±1.87
|
40.75±3.81
|
|
P5
|
90.02±1.68
|
10.15±0.15
|
9.90±2.96
|
36.38±6.00
|
|
P6
|
89.56±2.59
|
9.90±0.36
|
8.72±2.93
|
31.42±4.32
|
|
P7
|
86.56±6.57
|
10.14±0.53
|
8.93±2.58
|
30.27±5.41
|
|
P8
|
89.64±3.92
|
9.24±0.68
|
8.34±0.33
|
25.32±2.32
|
|
Pembahasan
Silase adalah pakan hasil produk fermentasi hijauan,
hasil samping pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan
dalam kondisi anaerob (Moran, 2005; Johnson dan Harrison, 2001; McDonald
et al., 1991; Woolford, 1984). Keadaan anaerob ini harus tetap
dipertahankan, sebab udara adalah musuh besar silase (Schroeder, 2004; Moran,
2005). Tujuan utama pembuatan silase yaitu memperbaiki nilai nutrisi serta
meningkatkan daya simpan bahan yang akan difermentasi.
Bahan
yang biasa digunakan dalam pembuatan silase yaitu berupa rumput-rumputan karena
mengandung komposisi kimia yang memadai untuk dapat diawetkan melalui proses
ferementasi dibanding dengan jenis hijauan dari leguminosa. Umumya
rumput-rumputan mengandung WSC lebih tinggi dibanding dengan leguminosa akan
tetapi sangat bervariasi kandunganya tergantung pada spesies, cultivar, fase
tumbuh, interval pemotongan, penggunaan pupuk dan iklim. Jenis rumput-rumputan
yang kita gunakan dalam pembuatan silase yaitu rumput gajah, menurut (Sanderson
and Paul, 2008)rumput gajah (Pennisetum purpureum ) adalah tanaman yang dapat
tumbuh di daerah marginal. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis
dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik. Dengan proses
fermentasi diharapkan dapat meningkatkan kandungan nutrisi yang terdapat dalam
rumput gajah tersebut.
Salah
satu metode dalam pembuatan silase yaitu dengan cara pengolahan biologis yaitu
dengan memanfaatkan biologis sebagai stimulandalam proses fermentasi .
Penambahan kultur biologis yang dilakukan dalam praktikum kali ini menggunakan
cairan rumen,em4, BAL, dan ragi dengan konsentrasi yang berbeda.
Penambahan
EM4
EM-4 merupakan mikroorganisme yang
banyak digunakan bagi peternakan, karena 90 persen bakteri di dalamnya ialah Lactobacillus Sp. Bakteri lainnya Azotobacter, Clostridia, Enterobacter,
Agrobacterium, Erwinia, Pseudomonas,
dan mikroorganisme pembentuk asam laktat. Media kulturnya berbentuk cairan
dengan pH 4,5 (Hermanto, 2011). Em-4 dapat digunakan
sebagai probiotik pembuatan silase, rumput kering, jerami, pohon jagung kering
dan lain-lain dapat diolah menjadi pakan ternak. Karena proses fermentasi,
kandungan gizi silase lebih tinggi dari asalnya dan dapat disimpan lebih lama
untuk memenuhi kebutuhan pakan pada saat musim kemarau. Berdasarkan hasil yang
diperoleh (Tabel 1), penambahan EM4 dengan konsentrasi 2,5% meningkatkan nilai
bahan kering menjadi 88.57 (P3), sedangkan 88.03 (P4) dengan konsentrasi 5%
dari variabel kontrol 81,17 (P0). Kenaikan juga terjadi pada kadar abu, protein
kasar, dan serat kasar yang didominasi dengan tingginya nilai penambahan EM4
dengan konsentrasi 2,5% dibandingkan dengan konsentrasi 5%, kecuali nilai
protein kasar meningkat menjadi 9.52 (P4) dari variabel kontrol 7.14 (P0).
Penambahan EM4 dengan konsentrasi 5% lebih meningkatkan nilai protein kasar
dibandingkan dengan konsentrasi 2.5%. Hasil yang didapat dari tabel diatas,
peningkatan kandungan nutrisi terlihat jelas setelah dilakukan penambahan EM4
dalam proses fermentasi.Kadar aburumputgajahyang
difermentasi oleh EM4 secara nyata meningkat.Peningkatan kadar abu ini diduga
karena terjadinya penurunan bahan organik selama fermentasi.Matsui et al.
(1998) menemukan bahwa fermentasi meningkatkan ketersediaan mineral bagi
ternak.
Penambahan BAL
Bakteri
asam laktat menghasilkan sejumlah besar asam laktat sebagai hasilakhir dari
metabolisme gula (karbohidrat). Dua kelompok kecil mikroorganisme dikenal dari
kelompok ini yaitu bakteri yang bersifat homofermentatif dan heterofermentatif.
Jenis homofermentatif yang terpenting menghasilkan hanya asam laktat dari
metabolisme gula, sedang jenis heterofermentatif menghasilkan karbondioksida
dan sedikit asam-asam volatil lain, alkohol dan ester disamping asam laktat.
BAL telah digunakan selama berabad-abad sebagai pengawet makanan utama melalui
pengasaman fermentatif dengan asam laktat. Kebiasaan penggunaan BAL sebagai
bakteri kultur starter dalam fermentasi dan kultur makanan menjadikan BAL
sebagai mikroorganisme yang tidak berbahaya dan secara umum dikenal aman (GRAS
atau generally-recognized-as-save). BAL juga menghasilkan substansi antimikroba
lain seperti bakteriosin, hydrogen peroksida dan diasetil (Garver dan Muriana,
1993). Dari hasil yang diperoleh dari tabel di atas, terjadi peningkatan nilai
kandungan nutrisi rumput gajah setelah difermentasi menggunakan BAL kecuali
nilai serat kasar yang menunjukan penurunan dari variabel kontrol (P0) 37.74
menjadi 36.38 dengan konsentrasi 2.5% dan 31.42 dengan konsentrasi 5%. Peningkatan
nilai kandungan nutrisi dengan penambahan BAL dengan konsentrasi 2.5% lebih
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 5% tetapi tidak diimbang dengan nilai
serat kasar yang menurun.Nilaikandungan BK naikhalinididugaberhubungankemampuan
BAL yang diinokulasikanpadabahansilasedapat
menurunkan pH sehinggadapatmenghambatpertumbuhanbakteri clostridia,
danselanjutnya
menekandegradasinutrien.Penambahan BAL dengan konsentrasi 5%
lebih efektif menurunkan kandungan serat kasar dibandingkan dengan konsentrasi
2.5%.
Penambahan Ragi
Penambahan ragi dalam proses fermentasi sangat baik
bagi kecernaan karena menghasilkan enzim-enzim perncernaan seperti
amilase, lipase,dan protease. Enzim-enzim pencernaan tersebut mempermudah
karbohidrat, lemak, dan protein untuk dicerna di dalam tubuh (Astawan 2009).
Dari hasil yang diperoleh, kandungan serat kasar menurun dari variabel kontrol
(P0) 37.74 menjadi 30.27 untuk penambahan ragi dengan konsentrasi 2.5% dan
25.32 dengan konsentrasi 5%. Untuk menurunkan nilai serat kasar, fermentasi
dengan menggunakan ragi sangatlah efektif dengan nilai protein kasar yang juga
cukup tinggi yaitu 8.93 (P7) dengan konsentrasi 2.5% dan 8.34 (P8) dengan
konsentrasi 5%.Peningkatan kadar proteinkasarterfermentasi
disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ragi dan jamur. Dugaan ini didasarkan
kepada asumsi bahwa ragi dan jamur mempunyai kemampuan untuk mengubah nitrogen
bukan protein menjadi protein (Anonimus, 1998)
DaftarPustaka
Harrison, J. H., R. Blauwiekel and M. R. Stokes. 1994.
Fermentation and Utilization of Grass Silage (Review). Journal of Dairy
Science, 77(10), 3209 – 3235.
Johnson LM & JH Harrison. 2001.
Scientific aspects of silage making. Dalam: Proceedings, 31st California
Alfalfa and Forage Symposium; Modesto, 12−13 December 2001. California State:
University of California
Moran J.
2005. Tropical Dairy Farming: Feeding manajement for smallholder dairy farmers
in the humid tropics. Australia: Landlinks Press.
Schroeder
JW. 2004. Silage fermentation and preservation. Extension Dairy Speciaslist.
AS-1254. http://www.ext.nodak.edu/extpubs/ansci/dairy/as 1254w. htm. [Feb 2008].
Garver KI, Muriana PM. 1993. Detection, Identification, and
Characteri-zation of Bacteriocin Producing lactic Acid Bacteria from Retail
Food Products. Int J Food. Micro-biol. 19: 241-258
Astawan, M. 2009. Panduan Karbohidrat Terlengkap. Jakarta:
Dian Rakyat
Anonimus.
1998. Teknologi EM dalam Berita. IPSA. Denpasar, Bali.
Matsui,
T., H. Sasaki, A. Tamura, H. Yano, T. Nakajima, M. Matsuda dan F. Yano. 1998.
The improvement of zinc bioavailability in fermented soybean meal in growing
pigs. Anim. Sci. Technol. (Jpn.) 69: 589-591.